Bandar Udara Fransiskus Xaverius Seda merupakan sebuah bandar udara yang terletak di Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Bandar udara ini memiliki ukuran landasan pacu 2.250 x 45. Jarak dari pusat kota sekitar 5 km. Bandar udara yang dikelola oleh Kementerian Perhubungan memiliki landasan menghadap langsung dengan Laut Flores. Sejarah Bandar Udara Fransiskus Xaverius Seda Maumere, yang dahulunya dikenal dengan nama Pelabuhan Udara Wai Oti, menjadi sejarah perkembangan Desa Wai Oti, yang menjadi lokasi berdirinya Bandar Udara tersebut. Bandar Udara Fransiskus Xaverius Seda semula hanyalah sebuah lapangan terbang darurat yang dipakai untuk kepentingan militer dan mobilitas tentara Belanda sepanjang 700 meter yang dibangun pada tahun 1930 oleh Departement Voor Verkeer en Waterstaats (semacam Departement Pekerjaan Umum) Pemerintahan Hindia Belanda yang saat itu menguasai Indonesia. Karena terletak di desa Wai Oti, masyarakat sekitar menyebut airstrip ini sebagai Pelabuhan Udara Wai Oti.
Bandar Udara Fransiskus Xaverius Seda, atau lebih dikenal dengan Bandara Frans Seda, merupakan pintu gerbang utama wilayah Kabupaten Sikka dan Pulau Flores bagian timur. Bandara ini memiliki peran vital sebagai pusat konektivitas udara yang menghubungkan Maumere dengan kota-kota besar di Nusa Tenggara Timur maupun dengan wilayah lain di Indonesia. Sejarahnya mencerminkan perjalanan panjang pembangunan infrastruktur transportasi udara di Flores, serta menjadi saksi penting perkembangan kota Maumere.
Pada awalnya, bandara ini dikenal dengan nama Bandara Waioti, merujuk pada wilayah tempat bandara berada. Bandara Waioti dibangun untuk menjawab kebutuhan transportasi udara masyarakat Flores, terutama karena posisi geografis Kabupaten Sikka yang cukup jauh dari pusat pemerintahan provinsi di Kupang. Keberadaan bandara ini sejak awal sudah menjadi tulang punggung mobilitas orang dan barang, serta memperkuat peran Maumere sebagai salah satu kota perdagangan utama di kawasan timur Indonesia.
Seiring berjalannya waktu, peran Bandara Waioti semakin krusial, terutama setelah bencana gempa bumi dan tsunami pada tahun 1992 yang melanda Maumere. Bencana tersebut menghancurkan sebagian besar infrastruktur kota, dan bandara menjadi salah satu jalur utama bantuan kemanusiaan masuk ke wilayah terdampak. Dari sinilah semakin terlihat betapa pentingnya bandara bagi keberlangsungan hidup masyarakat Sikka. Pasca bencana, pemerintah pusat bersama pemerintah daerah melakukan berbagai renovasi dan peningkatan fasilitas bandara, termasuk perbaikan landasan pacu serta penambahan sarana terminal untuk menunjang kelancaran aktivitas penerbangan.
Memasuki awal tahun 2000-an, pembangunan bandara kembali digalakkan. Salah satu langkah monumental adalah penggantian nama Bandara Waioti menjadi Bandara Fransiskus Xaverius Seda, sekitar tahun 2007. Penggantian nama ini merupakan bentuk penghormatan kepada Fransiskus Xaverius Seda, tokoh nasional kelahiran Maumere yang dikenal luas sebagai ekonom, politisi, intelektual Katolik, serta tokoh pembangunan bangsa. Frans Seda pernah menjabat sebagai Menteri Perhubungan RI (1968–1973), Menteri Keuangan RI, dan juga Menteri Pertanian RI. Sosoknya dikenang sebagai putra daerah yang mengabdi sepenuhnya bagi bangsa, sehingga namanya diabadikan pada bandara kebanggaan masyarakat Flores.
Selain perubahan nama, kapasitas bandara juga terus ditingkatkan. Landasan pacu diperpanjang hingga dapat melayani pesawat berbadan sedang seperti Boeing 737-300/500 maupun ATR 72. Terminal penumpang direnovasi agar lebih modern dan mampu menampung jumlah pengguna jasa yang semakin meningkat, seiring berkembangnya sektor pariwisata di Flores, terutama destinasi populer seperti Taman Nasional Kelimutu dan wilayah pesisir Maumere yang terkenal dengan keindahan lautnya.
Kini, Bandara Frans Seda bukan hanya sekadar fasilitas transportasi udara, melainkan juga simbol kebanggaan masyarakat Kabupaten Sikka dan seluruh Flores. Bandara ini menjadi saksi perjalanan sejarah dari masa sulit akibat bencana, hingga bangkit sebagai simpul utama pembangunan ekonomi dan pariwisata. Nama besar Frans Seda yang melekat pada bandara ini juga menjadi pengingat bagi generasi penerus tentang pentingnya pengabdian, kerja keras, dan dedikasi untuk daerah serta bangsa.
Kepala Bandara
Memimpin operasional, pengembangan, dan pelayanan di Bandara Frans Seda.
Kepala Seksi TOKPD
Menangani teknis operasi, keselamatan, dan keamanan penerbangan.
Kode ICAO | : WATC |
---|---|
Kode IATA | : MOF |
Nama Bandar Udara | : Fransiskus Xaverius Seda |
Kantor Otoritas | : Otoritas Bandar Udara Wilayah IV Denpasar |
Status Operasi | : Umum |
Penggunaan | : Domestik |
Klasifikasi | : 4C |
Kelas | : Kelas II |
Pengelola | : UPT Ditjen Hubud |
Provinsi | : Nusa Tenggara Timur |
Kabupaten / Kota | : Kabupaten Sikka |
Kecamatan | : Alok Timur |
Kelurahan | : Waioti |
Alamat Bandar Udara | : Jalan Angkasa - Maumere |
Lokasi (ARP) | : 08° 38' 16" LS 122° 14' 28.28" BT |
: waiotimof@gmail.com | |
Pesawat Beroperasi | : Boeing 737 - 500 |
PKP-PK | : Kategori 6 |
Sistem Keamanan | : F |
Transportasi | : Taksi Bandar Udara |
Fasilitas Umum | : ATM & Kantin |
Airnav Indonesia | : Kantor Unit Maumere |